Rabu, 17 Februari 2016

Sejarah Desa Kirig

Desa Kirig, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, berjarak 8 kilometer dari pusat Ibu Kota Kabupaten. Dengan luas wilayah 559,669 hektar, desa yang mempunyai penduduk sebanyak 4764 orang, terdiri atas 2.407 laki-laki dan 2.357 perempuan itu, pembagian wilayahnya terdiri dua dusun, yakni Dusun Krapyak dan Dusun Jangkrik, yang masing-masing membawahi 2 RW – 10 RT.
Membicarakan Desa Kiriq, tidak akan bisa terlepas dari membicarakan seorang tokoh bernama Galuh Mahesadiro. Karena dari tokoh inilah legenda atau asal-usul Desa Kirig dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kudus, khususnya Desa Kiriq.
Konon menurut ceritanya, yang dituturkan secara turun temurun, sebelum bernama kirig, pada zaman dahuku kala, desa itu tidak lebih sebuah padukuhan kecil, yang dikenal dengan nama dukuh “pandak”. Pendiri dukuh ini, atau yang pertama kali menempati, adalah Galuh Mahesadiro, seorang tokoh bangsawan yang bergelar Sido Branti . Dengan kerja kerasnya seorang diri, tanah yang semula dipenuhi dengan tanaman glagah itu, berhasil “disulap” menjadi pedukuhan.
Sebagaimana sebuah daerah baru, pedukuhan itu pun menarik minat dan banyak didatangi orang, yang kemudian menetap bersama keluarganya, dan membuka lahan, baik untuk perumahan atau untuk bercocok tanam. Pada perkemnbangannya, dengan semakin banyaknya pendatang, pedukuhan itu semakin meluas, sampai akhirnya menjadi sebuah desa, ditandai dengan diangkatnya seorang petinggi desa, demang dan sebaganya.
Namun sebagai penguasa tunggal di desa itu, tetap dipegang oleh Sido Branti,yang setelah wafat, digantikan oleh Seco Legowo, seorang keturunan Raja Mataram. Setelah memerintah beberapa lama, dia digantikan oleh putranya Mukhamad Masri (Maulono Hadiwidjojo), seorang tokoh yang dikenal sangat sakti, sehingga mengundang keinginan dari seorang wanita dari Mataram bernama Dewi Siti Nusiyah, untuk menguji kesaktian petinggi pedukuhan yang kesukaanny a mencari ikan di rawa grinting wetan.
Melalui sepucuk surat atau nawala, yang dikirimkan kepada Kilono Hadiwijoyo, Dewi Siti Nursiyah meminta agar ki demang itu menyerahkna seluruh hartanya kepadanya. Seterima surat itu , ki demang pergi bersemedi menenangkan diri dan mendekatkan diri kepada allah , mengambil tempat di sebelah timur dukuh Pandak. (sekarang bernama Dusun Jelak, dari asal kata jebulne lakon / wangsit).
Namun Dewi siti nursiyah beserta pasukannya yang menyamar sebagai perampok , datang dan berniat hendak mengambil seluruh harta demang Kilono Hadiwijoyo. Dengan kesaktiannya, Kilono Hadiwijoyo , dengan izin allah, melawan dan terjadi pertempuran yang menyebabkan terjadinya banjir darah di medan perseteruan itu, yang mengancam menenggelamkan Dewi Siti Nursiyah dan prajuritnya.
Akibatnya Dewi Siti Nursiyah dan prajuritnya menjadi sangat ketakutan, yang dalam bahasa jawanya kirig-kirig… Ki demang pun memberikan pertolongan kepada Dewi dan prajuritnya, yang akhirnya mau bertobat. Sejak kejadian inilah desa ini diberi nama “KIRIG”. (DM)
Sumber : isknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar